viola berpetualang menemukan kepuasannya

03.18

Master Agen Poker – Viola, seorang model dan artis papan bawah, yaitu yang biasa kebagian hanya sebagai peran pendukung, tetapi di umurnya yang masih muda, 25 tahun, dia telah menempati sebuah rumah yang terbilang mewah di sebuah kompleks elite dan sebuah mobil BMW telah dimilikinya. Kalo hanya mengandalkan gajinya saja belom tentu dia memiliki semua itu, tak lain dia dengan menjadi ‘peliharaan’ seorang pejabat pemerintahan yang kaya dan berkuasa yang umurnya lebih pantas menjadi ayahnya. Dengan kecantikannya, rambut panjang sedada, badan jangkung (172cm) dengan kulit putih mulus, dan wajah Indonya yang mempesona dia menundukkan Pak Badhrun, 54 tahun, dalam sebuah jamuan makan malam. Pak Badhrun meski telah berkeluarga hubungannya dengan isterinya hanyalah sebagai formalitas, sama seperti dirinya, isterinya pun suka selingkuh sana-sini sebagai dampak dari kehampaan hidup di tengah gelimang kemewahan, anak tunggal mereka yang sekolah di luar negeri juga terkenal akan keplayboyannya. Tiga bulan setelah pertemuan mereka, Pak Badhrun resmi mengangkat Viola sebagai simpanannya.
Sebagai perempuan simpanan, tugas Viola sebagian besar adalah memenuhi kebutuhan biologis Pak Badhrun yang hobbynya melalap gadis-gadis muda seumurnya. Pak Badhrun memang nafsu seksnya menggebu-gebu, tetapi staminanya yang telah dimakan umur tak mengimbanginya, seringkali Viola merasa kurang puas, tapi dia tak enak mengatakannya terus terang. Gairahnya yang cukup tinggi yang belom sepenuhnya terpuaskan oleh Pak Dahlan melibatkannya dalam beberapa affair dengan oknum-oknum tertentu dalam lingkungan kerjanya seperti sutradara, fotografer, dan produser. Suatu hari Pak Badhrun sedang pergi ke luar negeri untuk urusan dinas sehingga meninggalkan Viola selama dua mingguan. Di saat yang sama Viola menerima pinjaman sebuah DVD dewasa dari salah seorang temannya. Alih-alih sedang sepi sedang tak ada job dan Pak Badhrun sedang tak ada, Viola menyetel DVD itu di kamarnya. Di film itu dia melihat seorang perempuan Asia yang cantik dan berwajah innocent sedang digauli tiga orang lelaki negro bertampang sangar. Perempuan itu mula-mula menolak tapi lama-lama dia terlihat semakin menikmati digangbang tiga ‘gorila’ itoe. Dengan agresifnya dia melayani ketiga kemaluan hitam, panjang, dan berurat itu. Hingga akhirnya air mani ketiga lelaki itu muncrat membasahinya luar dan dalam, perempuan itu bahkan menelan air mani para lelaki itu dan menjilati yang tercecer di badannya.

Tontonan itu membuat jantungnya berdebar-debar, dia sampai orgasme sekali karena mengelus-elus kemaluannya. Dia mulai membayangkan bagaimana rasanya bersebadan dengan orang-orang kasar dan lower class. Sepertinya ada sensasi lain yang timbul dari hubungan seperti itu karena dia merasa jenuh dengan kehidupan seks yang begitu-begitu saja. Pemikiran seperti itulah yang mengubah perilaku seksualnya, dia membayangkan sebuah kemaluan hitam panjang menyebadaninya dan tangan-tangan kasar menggerayangi badannya. Dia menuju ke jendela, dan melihat ke bawah dari kamarnya di lantai dua, diperhatikannya Pak Susno, tukang kebunnya yang berumur 43 tahun sedang membersihkan mobil di halaman depan. Lelaki itu mengelapi mobil dengan tangannya yang kokoh berurat, keringatnya terlihat membasahi dahinya, sesekali dia menyeka keringat itu dengan tangannya. Sungguh obsesi itu makin menggodanya membuat jantungnya berdetak makin cepat. Di rumah itu, selain Pak Susno, masih ada juga Mbak Jum, pembantu rumah tangganya. Dia masih mempertimbangkan kalo-kalo perempuan setengah baya itu mengetahui kalo dia membuat skandal. Sembari merenunginya, Viola tiduran telentang di ranjang spring-bednya, tangannya mengelus-elus kemaluannya sembari terus membayangkan hasrat liarnya, sampai akhirnya dia tertidur tanpa memakai celana.
Bangun-bangun langit telah menguning dan jam telah menunjukkan pukul 5.15 sore. Fantasi liar itu masih saja membayanginya. Dia memikirkan beberapa saat tentang niatnya itu, akhirnya dia membulatkan tekad untuk menjalankan fantasinya itu. Violapun melepas seluruh pakaiannya lalu melilitkan handuk kuning ke badannya. Dipanggilnya Pak Susno melalui intercom yang mengarah ke ruang belakang yang ditempati pembantu.
“Pak Susno, tolong kesini sebentar, kran air disini macet nih keliatannya !”
Sebentar kemudian telah terdengar ketukan di pintu, dengan dada makin berdebar-debar, Viola membukakan pintu kamarnya. Muka Pak Susno langsung memerah bercampur grogi melihat penampilan seksi majikannya itu, paha jenjang yang putih mulus itu sungguh membuatnya menelan liur, belom lagi tonjolan dadanya yang membusung itu.
“Ayo Pak, sini, tolong diliat krannya ada yang ga beres !” sahutnya seraya menarik lengan Pak Susno yang berotot itu dan mengajaknya ke kamar mandi.
Viola sebisa mungkin bersikap normal meski gairahnya meningkat, agar tak memberi kesan murahan pada tukang kebunnya itu. Sementara Pak Susno terlihat salah tingkah dan matanya sesekali mencuri pandang badan Viola yang indah itu, ingin sekali dia melihat di balik handuk itu, gagang kemaluannya menggeliat karenanya.
Di kamar mandi mewah yang ada TV-nya itu, Viola duduk di mulut bathtub dan menyilangkan kakinya sehingga paha mulusnya semakin menampakkan keindahannya pada lelaki berkumis itu.
“Ini Pak, kran buat bathtubnya ga jalan, ga tau kenapa nih !” katanya
“Bisa kok Bu, ga ada yang macet !” kata lelaki itu setelah memutar kran dan airnya mengalir
“Ooohh…ya udah, soalnya tadi saya puter-puter berapa kali airnya ga keluar melulu sih, makasih ya Pak !” katanya seraya bangkit berdiri mau mengantarkan Pak Susno ke pintu.
Viola yang berjalan duluan ke arah pintu dikejutkan oleh tarikan dari belakang yang menyebabkan handuk yang melilit badannya terlepas. Dia terkejoet dan secara refleks menutupi bagian dada dan selangkannya dengan kedua tangan.
“Aww…kurang ajar, apa-apaan nih !” jeritnya pura-pura marah pada Pak Susno
Master Agen Indonesia - Tetapi Pak Soesno dengan cekatan segera menangkap kedua lengan Viola lalu diangkat ke atas dan dikunci pergelangannya dengan telapak tangannya yang besar dan kokoh, selain itu lelaki itu juga memepet Viola hingga punggungnya menempel ke tembok dekat pintu kamar mandi. Nafsu Pak Susno yang telah lama tak bertemu dengan isterinya di kampung mendorongnya untuk bertindak lebih dulu sebelum Viola memulai.
“Aahh, Ibu ini malu-malu, saya tau kok Ibu sengaja ngegodain saya, lagian emang dari dulu saya udah kepengen nyicipin Ibu kok, hehehe !” Pak Susno ketawa dekat wajah Viola.
Mata lelaki itu seperti mau copot memperhatikan badan telanjang Viola yang sempurna, putih mulus tak bercacat, buah dadanya kencang dan montok dengan perut rata, pada pangkal pahanya nampak rambut-rambut hitam yang lebat menutupi daerah itu. Viola sendiri mulai merasa seksi dan terangsang memamerkan badan telanjangnya di depan tukang kebunnya itu.
“Pak…enngghh !” desahnya ketika Pak Susno meremas buah dada kanannya
“Gini kan yang Ibu mau, mumpung Bapak nggak ada !” katanya dekat telinga Viola sehingga dengus nafasnya meniup telinga dan tenguknya dan menaikkan gairah Viola.
“Lepaskan, Pak…eemm !” kata-kata Viola tak sempat terselesaikan karena Pak Susno keburu melumat bibir tipisnya dengan bibirnya yang tebal.
Rontaan Viola, yang pada dasarnya hanya pura-pura itu melemah karena birahinya yang makin meninggi. Ketika Pak Susno melepas kuncian pada kedua pergelangannya, dia serta merta melingkarkan lengannya ke leher lelaki itoe sembari membalas ciumannya dengan panas, lidah mereka beradu, saling belit dan saling jilat.
Tangan Pak Susno bergerak ke belakang mengelus punggung, terus turun meremas bongkahan pantatnya. Sementara nafas mereka telah memburu dan terasa hembusannya pada wajah masing-masing. Puting Viola yang berwarna kemerahan mengeras akibat gesekan-gesekan jari Pak Soesno. Dia semakin terangsang, tanpa menghiraukan bau keringat dan mulut Pak Susno dia mencumbu lelaki itu dengan penuh gairah. Mulut Pak Susno kini mulai turun ke dagunya, lalu menurun lagi hingga badannya membungkuk dan berhenti di buah dada kirinya. Puting itu dikenyotnya dengan gemas, dihisap dan sesekali digigit-gigit kecil sehingga Viola makin mendesah.
“Sshhh…ahh…jangan Pak !” desahnya.
Penolakan yang tak sungguh-sungguh itu malah memicu Pak Susno untuk mempergencar serangan-serangan erotisnya.
“Ohhh…eengghh !” lenguh Viola panjang dengan badan bergetar saat dirasakannya telapak tangan kasar itu menyentuh daerah keperempuanannya.
Pak Susno memainkan jari-jarinya pada bibir kemaluan majikannya itu membuat daerah itu basah. Viola tersentak, badannya serasa kesetrum ketika jari tukang kebunnya telah masuk lebih dalam dan menyentuh klitorisnya. Badannya seolah kehilangan tenaga, hanya bisa bersandar ke dinding dan pasrah atas perlakuan Pak Susno.
Ciuman Pak Soesno kini merambat turun hingga dia berjongkok dan wajahnya tepat di depan kemaloean Viola. Dia diam mematung dan pasrah saja saat mulut tukang kebunnya menyentuh kemaluannya yang berbulu lebat. Lidah Pak Susno menyentuh bibir kemaluannya, sehingga badannya bergetar, tanpa sadar Viola juga menempelkan kemaluannya itu makin dekat ke mulut Pak Susno. Pak Susno menyedot-nyedot kemaluan Viola dengan nikmatnya, lidahnya menyusup masuk mengais-ngais bagian dalam kemaluannya, sementara tangannya sibuk mengelusi paha mulus dan pantatnya yang bulat. Viola menahan nikmat sembari menggigit bibir dan meremasi rambut Pak Susno. Lidah hangat itu memain-mainkan klitorisnya sehingga rangsangan dari sana merambat ke seluruh badan Viola membuat badannya bergetar. Terbesit perasaan malu mengingat perbedaan status mereka yang demikian kontras, tetapi nafsu mengalahkannya, dia telah tak peduli pada semua itu, toh dirinya juga telah sering melakukannya, ini hanya sekedar variasi dari kehidupan seksualnya. Viola kini menaikan satu kakinya ke pundak Pak Susno dan menikmati permainan lidahnya yang lihai. Sekitar sepuluh menitan Pak Susno mengerjai kemaluannya hingga badannya mengejang dan kemaluannya mengeluarkan cairan orgasme. Pak Susno masih menjilati kemaluan Viola, cairan itu dia jilati dengan lahap.
Puas melahap kemaluan majikannya, Pak Susno bangkit berdiri dan melepaskan pakaiannya satu-persatu. Viola menatapi badannya yang berotot dengan kulit sawo matang itu, terlebih ketika Pak Susno melepaskan celana dalamnya, mata Viola terpaku pada kemaluan yang telah menegang sebesar pisang ambon itu. Pak Susno meraih tangan Viola dan menggenggamkannya pada kemaluannya.
“Gimana Bu, gede kan, gimana dibanding sama punya Bapak ?”
Tanpa diperintah Viola berlutut sehingga kemaluan itu menodong ke wajahnya, benda itu terasa keras sekali dan sedikit berdenyut-denyut. Tanpa malu-malu lagi, Viola mulai menjilati kemaluan yang digenggamnya itu, buah kemaluan hingga ujung kemaluannya tak luput dari sapuan lidahnya, sesekali benda itu dibelai dengan pipinya sampai pemiliknya melenguh keenakan. Setelah gagang itu basah dan mencapai ketegangan maksimal, dia mulai menjilati dan mencium bagian kepalanya yang seperti jamur itu, kemudian dia membuka mulutnya dan memasukkan gagang itu hingga mentok, itupun tak masuk seluruhnya karena terlalu besar untuk mulut Viola yang mungil. Kepalanya maju-mundur mengemut kemaluan hitam besar itu sembari tangan satunya memijati buah dadanya sendiri. Sebelom mencapai klimaks, Pak Susno menyuruh majikannya berhenti dan mengangkat badannya hingga berdiri.
“Nanti aja Bu, jangan buru-buru, ntar kurang kerasa enaknya !” katanya
“Kita main di bak aja yah Pak, airnya udah penuh tuh !” ajak Viola melihat ke arah bathtub yang airnya telah mulai meluap.
Viola pun lalu berjalan ke arah bathtub, diambilnya sabun cair dari pinggir bak, ditumpahkan sedikit lalu diaduknya air itu dengan tangannya hingga berbusa. Keduanya pun masuk ke bathtub itu, bagi Pak Susno ini pertama kalinya dia merasakan mandi di kamar mandi mewah itu bersama perempuan secantik Viola. Viola duduk dan menyandarkan punggungnya pada badan Pak Soesno yang mendekapnya dari belakang. Pak Susno lalu mengguyur wajah dan rambut majikannya itu dengan air hingga basah.
“Saya udah suka sama Ibu dari pertama ketemu dulu, apalagi kalo ngeliat Ibu di majalah atau di tivi, enak yah Bu jadi orang terkenal gini ?” kata Pak Susno sembari membelai rambut panjang Viola.
“Ah, Bapak kan hanya liat dari luarnya aja, sebenernya dunia saya ini ga seindah itu kok Pak, bisa dibilang munafik, kita ngapain aja harus jaga imej, soesah jadi diri sendiri, hidup emang ga ada yg kurang, tapi masih belom happy, yah tapi ginilah Pak kalo kerja begini, mau gimana lagi !” jawab Viola menghembuskan nafas panjang.
“Ssshhh…!” desisnya lirih ketika tangan Pak Susno membelai buah dadanya di bawah air sana.
“Bu, Ibu pertama kali ngentot kapan sih ?” tanya Pak Susno lagi.
Viola terdiam, teringat kembali mimpi buruknya dimasa lalu ketika masih SMA, keperawanannya direnggut seorang lelaki teman sekolahnya yang lalu memutuskannya tak lama setelahnya dan belakangan ketahuan bahwa lelaki itu memakai dirinya untuk taruhan dengan teman-temannya tentang berhasil taknya mengambil keperawanan dirinya.
“Pak, tolong jangan ungkit masalah pribadi yah, saya ga suka” ucapnya dengan nada serius seraya menarik wajah Pak Susno dan mencium bibirnya untuk mengalihkan pembicaraan itu.
Lelaki itu membalas ciuman majikannya dengan ganas pula sembari meremas-remas buah dadanya. Viola menggenggam kemaluan Pak Susno yang telah mengeras di bawah air sana, memegangnya saja Viola telah nafsu karena keras dan tonjolan urat-uratnya terasa di tangannya. Dikocoknya gagang itu sebentar sebelom diarahkan ke kemaluannya.
“Sshhh…eemmm…eenggh !” desahnya ketika gagang itu melesak ke dalam kemaluannya.
Pak Susno pun sama-sama mendesah merasakan himpitan dinding kemaluan Viola pada kemaluannya. Mulailah Viola menaik-turunkan badannya, dengan posisi demikian kemaluan itu lebih terasa tusukannya. Sembari menikmati genjotan, lidah Pak Susno berpindah-pindah pada telinga, leher, dan pundak Viola.
“Ssshh…oohh terus Bu !” Pak Susno menggeram, tangannya yang kokoh terus memijati buah dada majikannya.
Goyangan mereka makin liar, terlihat dari air yang makin beriak, demikian halnya dengan desahan mereka yang makin menceracau. Viola makin menekan-nekan badannya seiring dengan orgasmenya yang hampir tiba. Klentitnya makin bergesekan dengan kemaluan Pak Susno yang berurat itu sampai akhirnya dia tak bisa menahan diri lagi, badannya mengejang dalam pelukan tukang kebunnya.
“Aahhh…ahhh…saya keluar Pak !” erangnya mengekspresikan kenikmatan luar biasa yang didapatnya, kenikmatan berbeda yang tak pernah dia dapatkan dari ‘suami’nya maupun teman-teman kencan lainnya.
Agen Poker Terbaik - Pak Susno masih belom menunjukkan tanda-tanda klimaks, dia masih bersemangat menggenjot Viola. Mereka berganti posisi, sekarang Viola duduk di bersandar bathtub itu sembari membuka kedua kakinya, tangannya berpegangan pada bibir kanan dan kiri bathtub. Setelah memposisikan diri diantara kedoea paha itu, kembali Pak Susno menusukkan senjatanya ke liang kemaluan Viola. Lelaki itu maju-mundur sembari memegangi betis Viola, sentakkan badannya menciptakan ombak mini di bak itu. Gumaman dan desahan keluar dari mulut Viola menikmati sodokan Pak Susno yang demikian nikmatnya. Terkadang Pak Susno menggerakkan pinggulnya sehingga kemaluannya bergerak seperti mengaduk kemaluan majikannya.
Genjotan-genjotan Pak Susno begitu dahsyat sampai Viola mendesah sejadi-jadinya mencurahkan segala hasrat liar yang selama ini terpendam.urat di kening dan badan lelaki itu semakin menonjol yang berarti nafsunya telah diubun-ubun. Tiba-tiba dia menusukkan kemaluannya lebih dalam sembari mendesah panjang, beberapa kali senjatanya menembak di dalam rahim Viola. Setelah itu frekuensi genjotannya makin turun dan turun hingga akhirnya dia menjatuhkan diri mendekap badan majikan cantiknya itu dengan kemaluan masih menancap. Mereka berpelukan mesra menikmati momen-momen pasca orgasmenya, nafas mereka yang menderu-deru terasa hembusannya.
“Gimana Bu, puas ga ?” tanya Pak Susno
Dengan wajah memerah, Viola mengaku ini adalah permainan ternikmatnya karena mengandung sensasi kasar dan liar yang belom pernah dia rasakan sebelumnya. Mendengar itu, Pak Susno juga tersenyum karena dapat memuaskan nyonya majikannya itu. Mereka lalu mandi bersama, Pak Susno menggosok-gosok badan Viola dengan telapak tangannya, sesekali dia remas lembut buah dada dan putingnya. Pundak, leher dan punggungnya juga digosok dan dipijati. Viola merem-merem keenakan dibuatnya.
“Eemmhh…enak Pak jadi rileks nih” katanya ketika tukang kebunnya itu mengkramas rambutnya disertai pijatan lembut.
Setelah memandikan majikannya, Pak Susno minta Viola gantian memandikannya. Permintaan yang langsung diturutinya tanpa keberatan. Viola memanjakan tukang kebunnya itu dengan pijatan-pijatan tangan halusnya, sesekali juga kemaluannya dikocok pelan. Sungguh Pak Susno nyaris tak mempercayai apa yang sedang dialaminya saat itu, mimpipun dia tak pernah membayangkan bercinta dengan perempuan secantik dan sekelas Viola. Pelayanan yang didapat dari isterinya di kampung yang biasa-biasa saja jelas berbeda jauh dari yang satu ini. Viola juga melakukan Thai massage yaitu dengan menggosok-gosokkan buah dadanya ke punggung Pak Susno yang telah licin oleh sabun.
“Asyik Bu, iya terus gitu mijitnya !” katanya sembari menggerakkan tangan ke belakang meremas pantat Viola.
Kemudian Viola menjulurkan wajahnya di samping lelaki itu dan merekapun berciuman lagi..
“Udahan yuk Pak mandinya !” kata Viola setelah merasa cukup berendam karena airnya telah mulai mendingin.
Dia berdiri dan meyiram shower ke badannya untuk membersihkan busa-busa sabun, kemudian dia keluar dari bak dan melap badannya dengan handuk.
“Aww…!!” jeritnya terkejut karena tiba-tiba badannya diangkat ketika sedang handukan. “Bapak nakal ih !” senyumnya nakal dalam gendongan Pak Susno.
Badan Viola kemudian dibawanya keluar kamar mandi dan ditelentangkan di ranjang, dia sendiri naik ke atas badan perempuan itu menindihnya.
“Boleh mulai sekarang saya panggil Ibu pake nama ?” tanyanya di dekat wajah Viola.
“Boleh aja, tapi tolong kalo di depan orang lain jaga sikap yah”
Habis menjawab kembali bibirnya dilumat oleh Pak Susno, tangan kasarnya kembali menjelajahi badan mulusnya. Ciuman itu mulai turun ke lehernya, sapuan lidahnya sempat terasa disana, kemudian pundak hingga ke buah dadanya. Desahan keluar dari mulutnya ketika Pak Susno menyapukan lidahnya pada putingnya, lelaki itu juga mengenyoti buah dadanya.
“Ahh…Pak…sakit !” rintihnya dengan mendorong kepala Pak Susno karena lelaki itu menggigit putingnya dengan gemas sehingga meninggalkan bekas memerah.
Tetapi rasa sakit itu tertutup dengan sensasi nikmat yang mulai kembali melandanya. Secara bergantian lelaki itu melumat kedua buah dadanya sampai basah oleh ludahnya. Viola merasakan kemaluan Pak Soesno telah keras lagi saat bersentuhan dengan pahanya. Tak lama kemudian Pak Susno memasukkan lagi kemaluannya ke dalam kemaluan Viola, dia menggenjotnya sembari menindih gadis itu.
Viola benar-benar mengakui kehebatan tukang kebunnya ini, betapa tak, tadi di kamar mandi baru saja orgasme tapi sekarang telah siap tempur lagi. Lelaki itu mampu membuatnya melayang lebih tinggi, tak seperti ‘suami’nya yang tak bisa memuaskannya secara penuh. Hubungan terlarang itu tetap berlanjut hari-hari berikutnya. Dua hari setelah kejadian itu Viola memberhentikan Mbak Jum agar bisa lebih leluasa melakukan kegilaannya. Viola bahkan ingin mencoba berhubungan dengan orang-orang lower class lainnya yang baginya memberi sensasi tersendiri.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »